Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso. Pada 18 Oktober 2025, Mikel Arteta, pelatih Arsenal yang sedang memimpin timnya di puncak klasemen Premier League dengan 21 poin dari delapan laga, membuat pengakuan menarik dalam wawancara eksklusif pasca-kemenangan 2-0 atas Southampton. Ia akui pernah berkonsultasi dengan Xabi Alonso, pelatih Bayer Leverkusen yang sukses bawa timnya juara Bundesliga musim lalu tanpa kekalahan. Pengakuan ini muncul di tengah spekulasi masa depan Arteta, yang kontraknya habis Juni 2026, dan rumor Alonso sebagai kandidat pengganti. Arteta sebut konsultasi itu terjadi awal 2024, saat ia cari inspirasi taktis untuk bangun skuad muda Arsenal. Dengan keduanya mantan rekan di klub Spanyol, hubungan ini jadi sorotan, terutama karena Leverkusen kini jadi penantang serius di Liga Champions. Artikel ini kupas latar belakang konsultasi, dampaknya bagi Arteta, dan implikasinya bagi Arsenal yang incar gelar pertama sejak 2004. REVIEW FILM
Latar Belakang Konsultasi yang Terjadi di Tengah Tekanan: Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso
Konsultasi Arteta dengan Alonso bermula dari persahabatan lama mereka, yang terjalin sejak era bersama di klub Spanyol sekitar 2005. Saat itu, Arteta sebagai gelandang muda sering minta saran taktik dari Alonso, kapten tim yang visioner. Cepat maju ke 2024, Arteta—yang baru saja perpanjang kontrak tapi hadapi tekanan setelah finis runner-up musim sebelumnya—hubungi Alonso via telepon untuk diskusi privat. Alonso, yang baru angkat Leverkusen dari zona degradasi jadi juara, bagi pengalaman soal manajemen skuad muda dan pressing tinggi. Arteta sebut: “Xabi selalu punya pandangan segar, seperti saat ia ubah Leverkusen dari tim biasa jadi mesin tak terkalahkan.”
Diskusi itu berlangsung dua jam, fokus pada adaptasi formasi 4-3-3 yang fleksibel—gaya yang kini jadi ciri khas Arsenal. Alonso sarankan Arteta perkuat mental pemain seperti Bukayo Saka, yang mirip pengalamannya dengan Florian Wirtz di Leverkusen. Ini bukan rahasia; Arteta pernah hint di konferensi pers Maret 2024, tapi baru diakui lengkap hari ini. Tekanan saat itu besar: Arsenal kalah di final Liga Champions dari Real Madrid, dan Arteta butuh dorongan eksternal. Konsultasi ini jadi contoh bagaimana pelatih top saling bantu, meski rivalitas klub mulai tumbuh dengan Leverkusen incar slot Eropa.
Dampak Konsultasi pada Gaya Taktik Arteta: Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso
Pengakuan Arteta soroti bagaimana saran Alonso ubah pendekatan taktikal Arsenal musim ini. Salah satu poin kunci dari diskusi: integrasi pressing kolektif di lini tengah, yang Alonso terapkan sukses di Leverkusen dengan rata-rata 15 turnover per laga. Arteta adopsi ini, hasilnya Arsenal kuasai 58% bola musim ini dan kebobolan cuma lima gol—terbaik di liga. Contoh nyata: kemenangan atas City September lalu, di mana Declan Rice dan Martin Odegaard tekan tinggi seperti blueprint Alonso, ciptakan gol cepat dari Saka.
Selain taktik, konsultasi bantu Arteta bangun kultur skuad. Alonso cerita soal rotasi pemain muda tanpa tekanan, yang Arteta terapkan pada Emile Smith Rowe—kini starter reguler dengan tiga assist. Arteta bilang: “Xabi ingatkan saya, kesabaran kunci di sepak bola modern.” Dampaknya terlihat: Arsenal tak kalah di kandang sejak Agustus, dengan rata-rata dua gol per laga. Ini kontras dengan musim lalu, di mana Arsenal mandek di fase gugur Eropa. Konsultasi itu juga perkuat mental Arteta; ia tolak tawaran dari klub besar lain, fokus Arsenal meski spekulasi Alonso sebagai penerus beredar. Hubungan ini jadi inspirasi, tunjukkan pelatih tak bekerja sendirian.
Implikasi bagi Masa Depan Arsenal dan Rivalitas dengan Leverkusen
Pengakuan ini tambah lapisan menarik bagi masa depan Arsenal, terutama dengan kontrak Arteta yang tersisa delapan bulan. Pemilik klub, yang puas dengan start kuat, beri sinyal perpanjangan, tapi konsultasi dengan Alonso picu spekulasi: apakah Arteta siapkan penerus, atau Alonso incar Arsenal jika gagal di Leverkusen? Alonso sendiri tolak isu itu di wawancara Jerman minggu lalu: “Saya bahagia di sini, tapi apresiasi untuk Mikel.” Bagi Arsenal, ini beri keuntungan taktis—mereka pelajari gaya Leverkusen jelang potensi duel Liga Champions musim depan.
Rivalitas klub juga panas: Leverkusen duduk kedua Bundesliga dengan 18 poin, dan Alonso incar treble. Konsultasi Arteta bisa jadi senjata rahasia; ia terapkan variasi set-piece dari saran Alonso, yang bantu Arsenal cetak 25% gol dari situasi mati. Tapi ada risiko: jika Alonso sukses terus, ia jadi kandidat top untuk posisi besar, termasuk Arsenal jika Arteta pergi. Penggemar Emirates, yang rata-rata isi 60.000 kursi, lihat ini positif—Arteta tunjukkan kerendahan hati. Implikasinya luas: Arsenal bisa jadi tim hybrid, gabung gaya Arteta dengan elemen Alonso, bantu incar double liga dan piala.
Kesimpulan
Pengakuan Mikel Arteta soal konsultasi dengan Xabi Alonso pada 18 Oktober 2025 jadi momen langka di dunia pelatih, soroti persahabatan di balik rivalitas. Dari latar belakang diskusi hingga dampak taktikal yang terlihat di lapangan, ini bukti bagaimana saran sederhana bisa ubah skuad. Bagi Arsenal, ini perkuat posisi Arteta sebagai pemimpin visioner, sambil tambah spekulasi masa depan. Leverkusen dan Alonso tetap saingan, tapi hubungan ini tunjukkan sepak bola lebih dari kompetisi—ia soal saling dukung. Dengan Arsenal di puncak, konsultasi itu jadi fondasi gelar. Musim ini penuh janji; Arteta dan Alonso, dua mantan rekan, mungkin bentuk babak baru sejarah liga.