Radja Nainggolan Memuji Setinggi Langit Sandy Walsh. Radja Nainggolan, mantan gelandang andalan Timnas Belgia yang punya darah Batak dari ayahnya, baru saja membuat heboh dengan pujian setinggi langitnya terhadap Sandy Walsh. Pada 30 Oktober 2025, dalam wawancara dengan media Belgia Het Belang van Limburg, Nainggolan tak segan angkat topi buat bek kanan Timnas Indonesia ini, sambil cerita soal rasa hormat besar yang diterima pemain diaspora di Tanah Air. Ia bahkan bilang, Walsh dan Ragnar Oratmangoen—dua pemain keturunan yang pilih Garuda—sekarang jadi bintang besar berkat dukungan suporter. Nainggolan, yang kini 37 tahun dan main di klub Challenger Pro League Lokeren-Temse, sebenarnya lagi curhat soal keinginannya bela Timnas Indonesia karena merasa kurang dihargai di Belgia. Tapi pujiannya ke Walsh jadi sorotan utama, terutama pasca laga internasional terakhir di mana Walsh tampil solid lawan Lebanon. Ini bukan sekadar basa-basi; bagi Nainggolan, Walsh wakili bukti bahwa pilihan bela Indonesia bawa karir ke level baru. REVIEW KOMIK
Kekaguman Nainggolan atas Popularitas Walsh di Indonesia: Radja Nainggolan Memuji Setinggi Langit Sandy Walsh
Nainggolan langsung sorot soal ledakan popularitas Sandy Walsh setelah gabung Timnas. “Lihat Sandy Walsh, dulu ia punya 6.000 atau 10.000 pengikut, sekarang 3 juta sejak main buat Indonesia,” katanya dengan nada kagum. Ia nilai Walsh, yang lahir di Brussels dan besar di lingkungan sepak bola Belgia, sekarang tenggelam dalam gelombang cinta suporter Tanah Air. Ini kontras dengan pengalaman Nainggolan sendiri di Belgia, di mana ia merasa tak sepenuhnya dihargai meski punya darah Indonesia. Walsh, 31 tahun, memang naik daun pesat: sejak debut 2022, ia jadi starter reguler di skuad Patrick Kluivert, bantu Indonesia lolos ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026—meski akhirnya gagal.
Nainggolan akrab dengan Walsh karena latar belakang serupa. Keduanya tumbuh di Brussels, Walsh main di klub-klub Belgia seperti KRC Genk, Zulte Waregem, dan KV Mechelen sebelum pindah ke Belanda bareng FC Utrecht. “Mereka orang biasa, tapi di Indonesia, rasa hormatnya luar biasa,” tambah Nainggolan, yang sejak lama pantau sepak bola Indonesia lewat ayahnya. Pujian ini datang tepat saat Walsh lagi panas: di laga September lawan Lebanon, ia bantu clean sheet dengan tackle krusial dan umpan akurat 88 persen. Nainggolan bilang, dukungan seperti ini bikin pemain diaspora merasa punya rumah, sesuatu yang ia rindukan di Belgia di mana ia cuma dapat 30 caps meski potensinya besar.
Perjalanan Karir Sandy Walsh yang Menginspirasi: Radja Nainggolan Memuji Setinggi Langit Sandy Walsh
Sandy Walsh bukan nama baru bagi Nainggolan, tapi pujian ini bikin cerita karirnya tambah menyentuh. Lahir 2 Februari 1993 di Brussels dari ayah Indonesia dan ibu Belanda, Walsh pilih Garuda pada 2021 setelah pertimbangkan tawaran Belgia. Debutnya langsung impresif: gol dari luar kotak penalti lawan Kuwait di Piala AFF 2022. Sejak itu, ia main 25 caps, cetak dua gol, dan jadi bek kanan paling solid—dengan rata-rata intersep 2,5 per laga. Di klub, Walsh kini andalan FC Utrecht di Eredivisie, starter 12 laga musim ini dengan rating 7,1 rata-rata, termasuk assist krusial lawan Feyenoord.
Nainggolan, yang karirnya penuh gemilang di Italia bareng Cagliari, Roma, dan Inter—total 400 laga Serie A dengan 57 gol—lihat Walsh sebagai versi muda dirinya. “Ia punya teknik bagus, fisik kuat, dan mental juara,” katanya. Walsh memang adaptasi cepat di Indonesia: dari winger di Mechelen jadi bek serba bisa di Timnas, ia bantu Garuda ke perempat final AFF 2024. Ledakan followers-nya dari ribuan ke jutaan bukti dampaknya—suporter panggil ia “Sandy Si Bek Garuda”. Nainggolan nilai ini inspiratif, apalagi Walsh tolak tawaran klub besar Eropa demi Timnas, sesuatu yang ia sesali tak lakukan lebih awal.
Dampak Pujian Nainggolan pada Timnas Indonesia
Pujian Nainggolan tak cuma bikin Walsh tersipu, tapi juga angkat semangat seluruh skuad Garuda. Pelatih Kluivert langsung respons: “Kata-kata seperti ini motivasi besar buat pemain diaspora kami.” Di tengah kekecewaan gagal lolos Piala Dunia, Walsh jadi simbol harapan—ia wakili gelombang pemain keturunan seperti Jay Idzes dan Kevin Diks yang bikin pertahanan Timnas lebih solid. Nainggolan bahkan bilang, “Saya lebih suka main buat Indonesia sekarang,” meski usianya bikin itu sulit. Ini buat spekulasi panas: kalau Nainggolan gabung, duet dengan Walsh di lini tengah-bek kanan bisa revolusi Timnas.
Bagi Walsh, pujian ini tambah beban tapi juga dorongan. Ia bilang di media sosial, “Terima kasih Radja, itu berarti banyak dari legenda.” Dampaknya langsung terasa: tiket laga uji coba Timnas lawan Australia Maret 2026 laris manis, dengan Walsh sebagai ikon. Nainggolan, yang pensiun dari Timnas Belgia 2018 setelah kontroversi, lihat Indonesia sebagai “negara yang hormati pemainnya”. Ini juga buka pintu buat talenta diaspora lain, seperti Ragnar Oratmangoen yang disebut Nainggolan—penyerang FCV Dender yang cetak tiga gol di kualifikasi. Pujian ini jadi pengingat: sepak bola Indonesia lagi bangun identitas lewat pemain seperti Walsh, yang bikin Garuda terbang lebih tinggi.
Kesimpulan
Pujian Radja Nainggolan ke Sandy Walsh setinggi langit ini jadi cerita manis di akhir Oktober 2025, saat Timnas Indonesia lagi bangkit dari kekecewaan kualifikasi. Dari ledakan popularitas Walsh hingga karir inspiratifnya, Nainggolan tunjukkan betapa besar dampak pemain diaspora bagi Garuda. Bagi Walsh, ini validasi dari senior Belgia; bagi Timnas, motivasi untuk ronde selanjutnya. Nainggolan mungkin tak gabung, tapi kata-katanya sudah bikin suporter bangga. Di usia 31, Walsh punya banyak waktu buktiin pujian itu—dan Indonesia siap dukung ia sampai langit ketujuh. Sepak bola Tanah Air butuh lebih banyak cerita seperti ini: hormat, talenta, dan rasa rumah yang bikin pemain haus berjuang.
