Kehebatan Messi yang Melampaui Yamal Saat Muda. Lionel Messi, dengan delapan Ballon d’Or dan status sebagai salah satu pemain terhebat sepak bola sepanjang masa, telah menetapkan standar luar biasa sejak usia muda di akademi La Masia Barcelona. Pada usia 17 tahun, Messi sudah menjadi sensasi global, sementara Lamine Yamal, bintang Spanyol berusia 17 tahun pada 2025, kini mengikuti jejaknya sebagai produk La Masia yang menjanjikan. Meski Yamal menunjukkan bakat luar biasa, seperti dalam final UEFA Nations League melawan Portugal pada 9 Juni 2025, kehebatan Messi di usia serupa melampaui Yamal dalam hal produktivitas, dampak, dan konsistensi. Artikel ini menganalisis mengapa Messi lebih unggul di usia muda, dengan membandingkan statistik, gaya bermain, dan konteks karier keduanya.
Produktivitas Gol dan Assist: Kehebatan Messi yang Melampaui Yamal Saat Muda
Pada usia 17 tahun (2004–2005), Messi sudah menembus tim utama Barcelona, mencetak gol debutnya melawan Albacete pada Mei 2005 di usia 17 tahun 10 bulan. Di musim tersebut, ia tampil dalam sembilan laga kompetitif, mencatatkan satu gol dan satu assist, meski sering bermain sebagai pengganti. Pada musim berikutnya (2005–2006), di usia 18 tahun, Messi mencetak enam gol dan tiga assist dalam 17 laga La Liga, membantu Barcelona meraih gelar liga dan Liga Champions.
Sebaliknya, Yamal pada usia 17 tahun di musim 2024–2025 telah mencetak empat gol dan tujuh assist dalam 22 laga La Liga hingga Mei 2025, serta satu assist di final Nations League. Meski impresif, produktivitas Yamal belum menyamai Messi, yang menghadapi persaingan lebih ketat di era Ronaldinho dan Samuel Eto’o. Kemampuan Messi menyelesaikan peluang, terutama dengan tembakan jarak dekat dan dribel di kotak penalti, jauh lebih tajam dibandingkan Yamal, yang masih kesulitan mengonversi peluang, seperti terlihat melawan Portugal.
Gaya Bermain dan Dampak
Messi muda dikenal karena dribel eksplosif, visi permainan, dan kemampuan mencetak gol spektakuler. Gol solonya melawan Getafe pada 2007, di usia 19 tahun, yang mirip dengan gol Diego Maradona, menunjukkan bakat alaminya yang sulit ditandingi. Messi juga memiliki kemampuan bermain di berbagai posisi—winger, gelandang serang, atau false nine—memberikan fleksibilitas taktis bagi Barcelona. Pada usia 17 tahun, ia sudah dipercaya pelatih Frank Rijkaard untuk menghadapi tim seperti Real Madrid, menunjukkan dampaknya di laga besar.
Yamal, meski lincah dan kreatif sebagai winger kanan, lebih bergantung pada kecepatan dan umpan silang, seperti assistnya untuk Martin Zubimendi melawan Portugal. Namun, ia belum menunjukkan kemampuan mencetak gol krusial secara konsisten atau mengambil alih pertandingan seperti Messi. Yamal juga lebih sering bermain di sisi lapangan, berbeda dengan Messi yang bisa mengatur tempo dari lini tengah. Dampak Yamal di Barcelona, yang sedang berjuang di peringkat keempat La Liga pada 2025, belum sebesar Messi di era keemasan klub.
Konteks Karier dan Tekanan
Messi muda menghadapi tekanan besar sebagai pemain Argentina di Barcelona, dengan ekspektasi tinggi di tengah skuad bertabur bintang. Meski menghadapi masalah fisik, seperti kekurangan hormon pertumbuhan, ia tetap menonjol, mencetak 14 gol dalam 26 laga di usia 19 tahun (2006–2007). Dukungan dari Ronaldinho dan pelatih Rijkaard membantu, tetapi keberhasilannya lebih bergantung pada kerja keras dan bakat alami.
Yamal, di sisi lain, bermain di era Barcelona yang sedang transisi pasca-Messi, dengan tekanan sebagai “penyelamat” klub. Meski debut di usia 15 tahun dan menjadi starter Timnas Spanyol di Euro 2024, Yamal belum menghadapi kompetisi internal seketat Messi. Namun, ia mendapat manfaat dari pelatih Luis de la Fuente, yang memberinya kebebasan berekspresi, dan dukungan media yang memujinya sebagai “fenomena,” seperti kata Cristiano Ronaldo pasca-laga melawan Portugal.
Tantangan Yamal untuk Menyamai Messi: Kehebatan Messi yang Melampaui Yamal Saat Muda
Untuk mendekati level Messi, Yamal perlu meningkatkan ketajaman dan konsistensi. Messi mencatatkan 38 gol dalam 51 laga di usia 20 tahun (2007–2008), sebuah standar yang sulit dicapai Yamal, yang baru mencetak 15 gol dalam 62 laga hingga 2025. Tekanan sebagai bintang muda dan risiko cedera juga menjadi tantangan, seperti dialami Ansu Fati. Namun, dengan kontrak hingga 2030 dan pembinaan La Masia, Yamal memiliki waktu untuk berkembang. Gaya bermainnya yang lebih terukur dibandingkan flair Messi menunjukkan ia mungkin mengukir identitas sendiri.
Dampak pada Sepak Bola Global
Perbandingan ini menyoroti warisan Messi sebagai tolok ukur talenta muda, termasuk di Indonesia, di mana sepak bola digandrungi. Pemain seperti Marselino Ferdinan dapat belajar dari dedikasi Messi, sementara Yamal menginspirasi generasi baru dengan keberaniannya. Duel hipotetis antara Messi muda dan Yamal akan menegaskan keunggulan Messi, tetapi juga potensi Yamal untuk menjadi bintang masa depan.
Kesimpulan: Kehebatan Messi yang Melampaui Yamal Saat Muda
Kehebatan Lionel Messi di usia muda melampaui Lamine Yamal dalam produktivitas, dampak, dan konsistensi. Pada usia 17 tahun, Messi sudah mencetak gol di La Liga dan membantu Barcelona meraih gelar, sementara Yamal, meski impresif dengan assist dan dribel, belum mencapai level serupa. Gaya bermain Messi yang serba bisa dan kemampuannya menentukan laga besar menempatkannya di atas Yamal, yang masih berkembang di Barcelona yang sedang transisi. Meski begitu, potensi Yamal tetap besar, dan dengan waktu, ia bisa mendekati warisan Messi, meski mungkin dengan identitasnya sendiri. Bagi penggemar sepak bola, termasuk di Indonesia, perbandingan ini adalah pengingat akan keajaiban La Masia dan evolusi talenta sepak bola.