Pose Dingin Rodrygo Memicu Isu Keretakan Tim. Dunia sepak bola Spanyol kembali dikejutkan oleh momen kecil yang berpotensi besar: pose dingin Rodrygo Goes saat menyapa rekan setimnya, Eder Militao, di sesi latihan timnas Brasil. Video singkat itu, yang viral sejak 12 November 2025, menunjukkan Rodrygo hanya beri jabat tangan setengah hati sebelum berpaling, sementara Militao tampak hangat menyapa yang lain. Insiden ini langsung picu spekulasi liar tentang keretakan internal Real Madrid, terutama di bawah kepemimpinan Xabi Alonso yang baru. Pemain Brasil berusia 24 tahun ini, yang musim ini kesulitan dapat menit bermain reguler, jadi pusat perhatian. Di tengah performa tim yang naik-turun di La Liga dan Liga Champions, pose itu seperti bensin di api rumor: apakah Rodrygo benar-benar frustrasi, dan bagaimana ini ganggu harmoni skuad? BERITA BOLA
Latar Belakang Frustrasi Rodrygo di Real Madrid: Pose Dingin Rodrygo Memicu Isu Keretakan Tim
Rodrygo bukan nama baru di Santiago Bernabeu; sejak gabung dari Santos pada 2019 dengan biaya 45 juta euro, ia cepat jadi andalan serangan. Gol krusialnya di semifinal Liga Champions 2022 lawan Manchester City—dua gol dalam 60 detik—masuk sejarah sebagai salah satu comeback legendaris. Tapi musim 2025/26 ini beda cerita. Kedatangan Kylian Mbappe musim panas lalu ubah dinamika lini depan: Vinicius Junior dan Jude Bellingham dominasi rotasi, bikin Rodrygo sering jadi cadangan atau geser posisi ke sayap kanan yang kurang nyaman. Di bawah Xabi Alonso, yang ambil alih dari Carlo Ancelotti pada musim panas, Rodrygo hanya starter di satu dari enam laga Club World Cup, dan bahkan tak masuk skuad di tiga pertandingan.
Frustrasi ini bukan rahasia lagi. Sumber dekat klub bilang Rodrygo rasakan tekanan media dari Bellingham dan Mbappe, yang bikin ia merasa tersingkir. Ayahnya, yang juga agennya, sudah komplain soal menit bermain minim. Musim lalu, ia catatkan 17 gol di semua kompetisi, tapi kini baru dua gol di 10 laga. Pose dingin ke Militao, rekan Brasil lain di Madrid, tambah bumbu: keduanya pernah duet solid di pertahanan-serangan, tapi kini terlihat renggang. Ini cerminan tren lebih luas di Madrid: transisi pelatih bawa gaya disiplin ketat Alonso, yang prioritaskan intensitas tinggi, tapi bikin beberapa pemain seperti Rodrygo sulit adaptasi.
Insiden Pose Dingin dan Reaksi Awal: Pose Dingin Rodrygo Memicu Isu Keretakan Tim
Video insiden itu sederhana tapi menusuk: Militao, yang baru gabung skuad Brasil untuk kualifikasi Piala Dunia 2026, sambut rekan-rekannya dengan pelukan hangat. Tapi saat giliran Rodrygo, responsnya dingin—mata tak saling pandang penuh, jabat tangan cepat, lalu langsung berpaling. Klip itu langsung meledak di media sosial, dengan tagar seperti “Rodrygo Militao rift” trending dalam hitungan jam. Fans Madrid ramai spekulasi: apakah ini cuma salah paham, atau tanda konflik Brasil di ruang ganti? Beberapa bilang ini lanjutan dari laporan Mei lalu, di mana Rodrygo tolak main di El Clasico karena merasa tak dihargai.
Rodrygo sendiri belum komentar langsung, tapi ia posting foto latihan timnas dengan caption netral: “Fokus ke depan.” Militao, yang dikenal ramah, tak angkat isu apa pun. Tapi di Madrid, Alonso disebut sudah bicara pribadi dengan Rodrygo pasca-Club World Cup, konfirmasi bahwa pelatih lihat ia sebagai bagian skuad tapi tak prioritas utama. Pengamat bilang, pose itu simbolik: Rodrygo, yang dulu puji Madrid sebagai “rumah kedua”, kini tampak lelah dengan hierarki baru. Ini bukan pertama; musim lalu, ia absen karena “sakit ringan” yang dicurigai sebagai alasan menghindari bench, dan kini insiden ini tambah bahan bakar rumor kepergian di Januari.
Dampak Potensial bagi Tim dan Karier Rodrygo
Insiden ini tak cuma soal dua pemain; ia soroti masalah lebih dalam di Real Madrid. Di bawah Alonso, tim finis runner-up La Liga musim lalu dan juara Club World Cup, tapi start musim ini inkonsisten: tiga kekalahan di lima laga awal Liga Champions. Keretakan internal, seperti yang dirumorkan antara Rodrygo dan Bellingham soal ruang ganti, bisa ganggu chemistry. Skuad Brasil di Madrid—termasuk Vinicius dan Militao—sudah jadi pilar, tapi jika Rodrygo pergi, itu buka lubang di sayap kanan. Klub disebut siap dengar tawaran 100 juta euro, dengan Manchester City di bawah Pep Guardiola jadi kandidat kuat, mengingat Rodrygo suka posisi false nine yang ia kuasai di City junior dulu.
Bagi Rodrygo, ini persimpangan. Ia tolak tawaran pergi musim panas, ingin bukti diri sampai akhir 2025, tapi pose dingin ini bikin agennya gerak lebih cepat. Kariernya masih cerah: di timnas Brasil, ia starter reguler di bawah Dorival Junior, dengan tiga gol di kualifikasi. Tapi di klub, ia butuh menit untuk jaga nilai pasar. Jika rift ini benar, kepergian bisa bantu ia restart, mungkin di Premier League di mana intensitas cocok gaya lincahnya. Sementara itu, Madrid harus atasi ini cepat; Alonso tak mau timnya pecah sebelum El Clasico Desember. Fans, yang dulu chant namanya, kini campur aduk: dukung loyalitas atau dorong ia cari bahagia di tempat lain.
Kesimpulan
Pose dingin Rodrygo ke Militao lebih dari sekadar momen awkward; ia jadi cermin ketegangan di Real Madrid era Xabi Alonso. Frustrasi soal role, tekanan bintang baru seperti Mbappe dan Bellingham, plus transisi pelatih, bikin rumor keretakan tim makin kencang. Rodrygo, talenta Brasil yang pernah selamatkan Madrid di momen krusial, kini hadapi ujian terbesar: bertahan atau pergi. Bagi skuad, ini pelajaran: harmoni ruang ganti sama pentingnya dengan taktik. Semoga insiden ini reda dengan obrolan terbuka, biar Los Blancos kembali solid dan Rodrygo temukan api semangatnya lagi. Di sepak bola, emosi seperti ini sering lahirkan cerita comeback—dan Madrid butuh satu lagi.