Erick Thohir Sebut STY Bagian dari Timnas Sampai Saat Ini

Erick Thohir Sebut STY Bagian dari Timnas Sampai Saat Ini. Pada konferensi pers PSSI di Jakarta, Jumat 24 Oktober 2025, Ketua Umum Erick Thohir buka suara soal nasib Shin Tae-yong (STY) dengan nada menghargai tapi tegas. “STY tetap bagian dari Timnas Indonesia sampai saat ini, dalam arti kontribusinya yang tak terhapuskan,” ujar Erick, menjawab pertanyaan fans yang masih harap-harap cemas pasca-kegagalan kualifikasi Piala Dunia 2026. Pernyataan ini datang di tengah proses pencarian pelatih baru, di mana Erick tegaskan STY tak akan kembali pegang kendali senior, tapi warisannya jadi fondasi perubahan. Garuda finis ketiga Grup C, kalah agregat dari China dan Australia, picu evaluasi total. Erick, yang juga Menpora, tak tutup mata kegagalan, tapi puji STY atas pembinaan usia muda yang beri bibit harapan. Saat PSSI targetkan pelatih baru November jelang AFF Cup, kata-kata Erick ini beri penutupan manis untuk era STY—bukan akhir buruk, tapi babak transisi yang penuh pelajaran. INFO CASINO

Latar Belakang Pernyataan Erick Thohir: Erick Thohir Sebut STY Bagian dari Timnas Sampai Saat Ini

Pernyataan Erick Thohir soal STY lahir dari evaluasi panjang pasca-kualifikasi Piala Dunia yang berakhir pahit. STY, ditunjuk 2020, bawa ambisi tinggi dengan gaya pressing ala Korea Selatan, tapi hasil bicara lain: 12 kemenangan dari 28 laga resmi, termasuk kekalahan 0-5 dari Australia yang bikin fans geram. Erick, dalam konferensi pers didampingi Alexander Zwiers dan Simon Tahamata, sebut STY “masih bagian dari Timnas sampai saat ini” untuk hargai perjuangan tiga tahun terakhir, meski kontraknya resmi berakhir September lalu. “Ia beri kami struktur awal, terutama di usia muda; itu aset yang tak hilang,” tambah Erick, tepis rumor konflik pribadi.

Latar ini terkait visi Erick sejak jadi Ketum PSSI 2023: bangun sepak bola mandiri dengan campur ahli asing dan lokal. Hengkangnya STY dan Patrick Kluivert tinggalkan lubang, tapi Erick gunakan momen untuk konsolidasi. Badan Timnas susun laporan 50 halaman soroti kelebihan STY—like program naturalisasi yang tambah 40 persen diaspora—tapi juga kekurangan seperti adaptasi taktik lambat. Pernyataan Erick ini juga jawab desakan fans di media sosial, yang 60 persen tolak STY kembali menurut polling internal. Ia janjikan STY undangan sebagai konsultan usia U-23, sinyal penghargaan tanpa kompromi. Secara keseluruhan, ini langkah diplomatis Erick: tutup era STY dengan hormat, sambil buka pintu baru.

Kontribusi Shin Tae-yong yang Tak Terlupakan: Erick Thohir Sebut STY Bagian dari Timnas Sampai Saat Ini

Shin Tae-yong tinggalkan jejak mendalam di Timnas Indonesia, meski akhirnya tak manis. Sejak tiba, STY bangun skuad hybrid: 60 persen lokal dan 40 persen diaspora, hasilkan kemenangan bersejarah seperti 4-0 atas Vietnam di AFF 2022. Di level usia muda, kontribusinya gemilang—Timnas U-20 lolos Piala Asia 2023 berkat pola permainan disiplin ala STY, dengan pemain seperti Hokky Caraka debut senior sukses. Erick puji, “STY ajari kami pressing tinggi; itu fondasi yang kami pakai sekarang di Liga 1.”

Rekam jejak STY tak lepas dari tantangan: adaptasi budaya butuh waktu, plus jadwal padat bikin rotasi skuad kurang optimal. Tapi ia sukses naikkan ranking FIFA dari 173 ke 134, tambah 20 peringkat dalam dua tahun. Di kualifikasi Piala Dunia, meski gagal, STY bawa poin berharga lawan Bahrain dan Irak, tunjukkan potensi Garuda. Erick sebut STY “bagian dari Timnas sampai saat ini” karena program Garuda Select-nya: 100 pemain muda dapat pelatihan Eropa, hasilkan talenta seperti Rafael Struick. Tanpa STY, PSSI mungkin tak punya kedalaman skuad seperti sekarang. Kontribusi ini jadi pelajaran: sukses tak selalu trofi, tapi pembangunan jangka panjang yang Erick lanjutkan dengan Zwiers.

Implikasi Pernyataan untuk Masa Depan Timnas

Kata-kata Erick Thohir beri implikasi strategis bagi Timnas. Dengan STY tetap “bagian dari sejarah,” PSSI fokus pencarian pelatih baru: kandidat dari Jerman atau Spanyol prioritas, dengan target finalisasi November. Ini selaras roadmap 2026-2030: lolos Piala Asia 2027 minimal, plus ranking Asia top 15. Skuad senior kini dipimpin asisten sementara, fokus latihan fisik di Senayan mulai minggu depan, integrasikan masukan STY seperti set-piece yang cetak 30 persen gol tim.

Implikasi positif: moral pemain naik, karena transisi tak terasa seperti pemecatan kasar. Asnawi Mangkualam bilang lega, bisa adaptasi taktik baru tanpa bayang STY. Bagi Liga 1, koordinasi pemanggilan pemain lebih lancar, karena pelatih baru dijanjikan sinkronisasi ketat. Erick alokasikan Rp150 miliar untuk timnas musim depan, termasuk workshop ala STY untuk pelatih klub. Tantangan: AFF Cup Desember uji chemistry baru, dengan uji coba lawan Vietnam. Pernyataan Erick juga stabilkan internal PSSI, kurangi friksi dengan Komite Eksekutif. Secara keseluruhan, ini bangun narasi positif: STY era tutup, tapi warisannya dorong Garuda ke level baru.

Kesimpulan

Pernyataan Erick Thohir bahwa Shin Tae-yong tetap bagian dari Timnas Indonesia sampai saat ini jadi jembatan halus antar era. Dari latar evaluasi ketat hingga kontribusi tak terlupakan STY, implikasinya beri fondasi kuat untuk transisi. Di usia 55 tahun bagi Erick, langkah ini tunjukkan kematangan kepemimpinan: hargai masa lalu, tapi mata ke depan. Saat pelatih baru datang, Garuda siap bangkit—bukan lupakan STY, tapi bangun di atasnya. AFF Cup mendekat, dan harapan fans kini lebih realistis: trofi bukan mimpi, tapi target yang bisa diraih dengan kesabaran. Sepak bola Indonesia bergerak maju, satu babak demi satu babak.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Hasil Akhir Pertandingan Go Ahead Eagles vs Aston Villa

Hasil Akhir Pertandingan Go Ahead Eagles vs Aston Villa. Malam Rabu, 23 Oktober 2025, Adelaarshorst Stadium di Deventer berubah jadi arena kejutan besar pekan ketiga fase liga UEFA Europa League musim 2025/2026. Go Ahead Eagles, tim Belanda yang baru naik kelas dari Eredivisie kedua pada 2021, berhasil tundukkan Aston Villa 2-1 dalam laga tandang bagi The Villans. Gol pembuka Evann Guessand di menit keempat sempat bikin tuan rumah terpana, tapi Mathis Suray menyamakan kedudukan di menit 14, diikuti gol kemenangan Mats Deijl di menit 66. Emiliano Buendia sempat dapat kesempatan samakan skor lewat penalti di babak kedua, tapi tembakannya melambung tinggi di atas mistar. Kemenangan ini jadi yang pertama bagi Go Ahead Eagles atas tim Inggris di kompetisi Eropa, angkat mereka dari dasar grup ke posisi lebih aman, sementara Aston Villa—yang sebelumnya tak terkalahkan di dua laga awal—kini harus buru-buru pulih jelang big match lawan Manchester City akhir pekan. Pelatih Unai Emery sebut ini “pukulan telak tapi pelajaran berharga”, di mana dominasi penguasaan bola 67 persen tak cukup selamatkan timnya dari jebakan serangan balik tuan rumah. INFO CASINO

Kronologi Pertandingan yang Penuh Kejutan: Hasil Akhir Pertandingan Go Ahead Eagles vs Aston Villa

Duel dimulai dengan hujan deras yang basahi lapangan, tapi Aston Villa langsung gaspol sejak peluit awal. Hanya empat menit berlalu, Jadon Sancho—yang dipuji sebagai bintang malam itu—kirim umpan silang akurat dari sayap kiri, disundul mulus oleh Evann Guessand untuk gol pembuka. The Villans terlihat nyaman, kuasai bola hampir 70 persen babak pertama dan ciptakan peluang emas lain: Guessand lagi-lagi lolos tapi ditangkap kiper Jay de Busser di menit 29. Namun, Go Ahead Eagles tak mau jadi penonton; di menit 14, Mathis Suray manfaatkan kesalahan lini belakang Villa dengan tembakan keras dari luar kotak penalti, samakan skor 1-1. Babak pertama berakhir imbang, meski Aston Villa unggul tembakan 7-3. Babak kedua lebih gila: Go Ahead Eagles bangkit lewat pressing tinggi, dan di menit 66, Mats Deijl—bek kanan yang jarang cetak gol—dorong bola masuk dari jarak dekat setelah umpan rezeki dari Calvin Twigt. Aston Villa panik, dapat penalti di menit 79 setelah pelanggaran di kotak penalti, tapi Buendia gagal tenang—tendangannya melambung. Tiga menit tambahan waktu terasa singkat, dan Villa tak bisa balikkan keadaan meski dominan possession.

Performa Pemain Kunci dan Momen Penentu: Hasil Akhir Pertandingan Go Ahead Eagles vs Aston Villa

Jadon Sancho jadi sorotan positif bagi Aston Villa, meski tim kalah; pemain pinjaman dari Manchester United itu ciptakan tiga kunci pass dan assist gol pembuka, dengan dribel sukses 80 persen yang bikin bek Go Ahead Eagles kewalahan. Evann Guessand, striker Prancis, tambah ancaman dengan dua peluang bersih, tapi finisnya kurang tajam. Di sisi lain, Emiliano Buendia malam itu jadi penutup cerita tragis: selain penalti gagal, ia kehilangan bola krusial yang picu gol kedua tuan rumah. Bagi Go Ahead Eagles, Mathis Suray—gelandang muda berusia 22 tahun—jadi hero dengan gol penyeimbang dan rating tertinggi 8.5, sementara Mats Deijl tunjukkan naluri penyerang tak terduga di menit krusial. Kiper Jay de Busser andal dengan tiga penyelamatan gemilang, termasuk blok kaki ke Guessand. Momen penentu? Penalti Buendia di menit 79—kesalahan VAR konfirmasi pelanggaran, tapi eksekusi gagal ubah nasib Villa. Statistik babak kedua tunjukkan Go Ahead Eagles unggul duel udara 55 persen, kontras dominasi bola Villa, bukti bagaimana efisiensi kalahkan possession.

Dampak pada Klasemen dan Jadwal Mendatang

Kemenangan ini ubah peta grup UEFA Europa League secara dramatis: Go Ahead Eagles, yang sebelumnya kalah dari FCSB dan imbang Panathinaikos, kini naik ke peringkat 16 sementara dengan empat poin—cukup untuk bertahan di playoff zone. Aston Villa, pemimpin awal dengan enam poin dari kemenangan atas Bologna dan Feyenoord, turun ke posisi ketiga grup, tertinggal dua poin dari pemuncak. Ini hentikan streak enam kemenangan beruntun Villa di semua kompetisi, tambah tekanan jelang kunjungan Manchester City ke Villa Park Minggu ini—laga yang bisa tentukan posisi mereka di papan atas Premier League. Bagi Go Ahead Eagles, euforia ini jadi modal besar lawan Excelsior di Eredivisie akhir pekan, di mana mereka butuh poin untuk hindari zona degradasi. Pelatih Belanda John van den Brom puji timnya: “Kami buktikan level Eropa tak buat gentar; ini awal cerita indah.” Sementara Emery, eks pelatih Villarreal juara Europa League, harus benahi lini depan yang mandul—hanya satu gol dari set-piece musim ini. Laga berikutnya bagi Villa adalah Maccabi Tel Aviv di kandang pada 6 November, fixture sensitif yang butuh pulih cepat.

Kesimpulan

Hasil akhir 2-1 untuk Go Ahead Eagles atas Aston Villa jadi kejutan manis di pekan ketiga UEFA Europa League, di mana underdog Belanda tunjukkan gigi melawan raksasa Inggris. Dari gol awal Guessand yang cepat pudar, hingga penalti gagal Buendia yang selamatkan tuan rumah, malam di Deventer ingatkan bahwa sepak bola Eropa penuh keajaiban tak terduga. Bagi Villa, kekalahan ini cambuk untuk Emery perbaiki finis klinis, sementara Go Ahead Eagles bangun kepercayaan diri untuk laga-laga besar. Musim masih panjang, tapi cerita ini tambah warna kompetisi: di mana hujan Deventer bisa basahi mimpi siapa saja. Penggemar patut rayakan—sepak bola seperti inilah yang bikin kita ketagihan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Jude Bellingham Menyudahi Paceklik Gol

Jude Bellingham Menyudahi Paceklik Gol. Allianz Stadium di Turin berubah jadi panggung kemenangan Real Madrid pada 22 Oktober 2025, saat Jude Bellingham akhirnya pecahkan paceklik golnya dengan sundulan krusial di menit ke-57, antar timnya menang tipis 1-0 atas Juventus di fase grup Liga Champions. Gol itu lahir dari rebound tembakan Vinicius Junior yang mengenai tiang, tapi Bellingham, gelandang Inggris berusia 22 tahun, tunjukkan insting pembunuh dengan lompatan presisi lewati kiper Alessandro Di Gregorio. Ini jadi gol pertama Bellingham musim ini di kompetisi Eropa, usai 12 laga tanpa mencetak di semua ajang—rekor buruk yang sempat bikin fans Los Blancos gelisah. Carlo Ancelotti, pelatih Madrid, peluk Bellingham pasca-laga: “Ia kembali, dan itu besar buat kami.” Kemenangan ini pertahankan rekor sempurna Madrid dengan sembilan poin, sementara Juventus tambah luka rentetan tanpa kemenangan. Malam di Italia itu bukan sekadar tiga poin; ia cerita kebangkitan Bellingham yang siap ledak lagi di musim 2025-2026. INFO CASINO

Paceklik Gol yang Uji Mentalitas Juara: Jude Bellingham Menyudahi Paceklik Gol

Paceklik Bellingham dimulai sejak akhir musim lalu, tapi musim ini jadi puncak frustrasi. Sejak laga pembuka LaLiga lawan tim Bilbao pada Agustus, ia cuma kontribusi tiga assist tanpa gol—jauh dari 23 gol di musim debutnya 2023-2024 yang bikin ia hampir raih Ballon d’Or. Di Liga Champions, dua laga awal tanpa gol tambah beban: melawan Dortmund, ia ciptakan peluang tapi tembakan melebar; lawan Stuttgart, ia hilang di midfield. Kritik mengalir deras—media Spanyol tuding ia terlalu bergantung peran box-to-box, kurang tajam di kotak penalti. Bahkan di timnas Inggris, ia diganti awal di kualifikasi Piala Dunia usai blank sheet lawan Yunani.

Tapi Bellingham tak goyah. Ia tambah latihan finishing pagi hari, fokus sundulan dan posisi off-ball, seperti yang Ancelotti sarankan. “Saya tahu gol bakal datang, asal tetap percaya,” ujarnya di konferensi pers minggu lalu. Paceklik ini uji mental: di laga liga lawan Atletico akhir September, ia hampir cetak gol tapi VAR batalkan offside tipis. Statistik periode itu: 45 tembakan, nol gol—xG 4,2 yang terbuang. Tapi di balik itu, Bellingham tetap pilar: 85 persen akurasi umpan, enam tekel sukses per laga, dan pressing yang bikin lawan kewalahan. Paceklik ini mirip fase sulit Mbappe musim lalu, tapi Bellingham gunakan sebagai bahan bakar—ia bilang, “Frustrasi bikin saya lebih lapar.” Hasilnya, malam Turin jadi ledakan yang ditunggu, bukti ketangguhan mental ala pemain top.

Momen Gol yang Ubah Narasi Laga dan Karier: Jude Bellingham Menyudahi Paceklik Gol

Duel lawan Juventus jadi panggung sempurna buat Bellingham. Madrid kuasai bola 58 persen, tapi Juventus bertahan rapat di 4-3-3 ala Thiago Motta. Babak pertama imbang: Vinicius hampir cetak gol di menit ke-35, tapi Di Gregorio selamatkan. Pasca-istirahat, tekanan naik—Bellingham organize midfield, rebut bola dari Manuel Locatelli di menit ke-50, hasilkan serangan. Lalu, momen itu: Vinicius dribel solo melewati Gleison Bremer, tembak keras mengenai tiang, rebound jatuh tepat ke Bellingham. Dengan lompatan 2,1 meter, ia sundul bola masuk—gol ke-10 di Liga Champions sejak gabung Madrid.

Itu bukan kebetulan; Bellingham menang duel udara 75 persen malam itu, tertinggi di tim. Sepanjang laga, ia ciptakan tiga peluang, 92 persen akurasi umpan, dan tekel sukses empat kali—performa lengkap yang bikin ia Man of the Match. Juventus coba balas: Dusan Vlahovic sundul dekat gawang di menit ke-70, tapi Thibaut Courtois redam. Gol Bellingham tak cuma tutup laga; ia ubah narasi karier—dari “talenta mandul” jadi “pembunuh dingin”. Ancelotti beri peran lebih ofensif belakangan, hasilnya Bellingham naikkan intensitas: ia main 85 menit, capek tapi bahagia. Momen ini ingatkan gol debutnya lawan Napoli dua tahun lalu—sejarah berulang, tapi kini lebih matang. Fans Madrid sorak namanya sepanjang injury time, simbol akhir paceklik yang panjang.

Dampak Kebangkitan Bellingham bagi Madrid dan Timnas

Gol ini seperti obor harapan buat Real Madrid. Dengan sembilan poin, mereka unggul di grup, selisih gol plus tiga—modal kuat jelang laga Benfica. Ancelotti kini punya trio depan lengkap: Vinicius (assist), Bellingham (gol), Mbappe (dua peluang malam itu). Di LaLiga, Madrid tertinggal dua poin dari Barcelona, tapi momentum ini bisa dorong kejar—Bellingham sudah kontribusi lima gol/assist di lima laga terakhir. Secara tim, ini pulihkan chemistry: rotasi Ancelotti beri istirahat ke Bellingham pasca-internasional, hasilnya ia kembali fresh. Tapi tantangan ada: jadwal padat jelang El Clasico November, di mana Bellingham harus jaga konsistensi.

Bagi timnas Inggris, ini kabar gembira. Southgate, pelatih Three Lions, pantau ketat—Bellingham kini kandidat utama starter di kualifikasi Piala Dunia, saingi Declan Rice. Gol ini redam kritik pasca blank di laga Yunani, naikkan percaya diri jelang Nations League. Karier pribadi Bellingham maju: spekulasi Ballon d’Or 2025 kembali hidup, meski ia tolak bicara individu—”Fokus tim dulu.” Dampak luas: wonderkid ini inspirasi buat talenta muda, tunjukkan paceklik hanyalah fase. Madrid untung besar—kontrak Bellingham sampai 2029 aman, dan Ancelotti bilang, “Ia masa depan kami.” Kebangkitan ini tak cuma akhiri puasa gol; ia buka pintu dominasi baru.

Kesimpulan

Jude Bellingham tak lagi kelaparan gol; sundulannya di Turin jadi akhir manis paceklik yang menyiksa. Dari frustrasi 12 laga tanpa mencetak hingga heroik lawan Juventus, gelandang Inggris itu bukti nyata mentalitas juara. Real Madrid punya senjata tajam lagi, siap buru gelar di LaLiga dan Liga Champions. Malam di Italia itu babak baru: Bellingham kembali on fire, fans Madrid tersenyum lebar, dan Eropa was-was. Dengan bakat dan tekadnya, musim ini bisa jadi miliknya—paceklik usai, pesta gol dimulai.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Erling Haaland Samakan Rekor Ronaldo Dalam Mencetak Gol

Erling Haaland Samakan Rekor Ronaldo Dalam Mencetak Gol. Malam di Estadio de la Ceramica berubah jadi panggung pribadi Erling Haaland saat Manchester City meraih kemenangan 2-0 atas Villarreal di laga Liga Champions, 21 Oktober 2025. Gol pembuka Haaland di menit ke-17 tak hanya amankan tiga poin krusial, tapi juga catatkan sejarah: ia menyamai rekor Cristiano Ronaldo dengan mencetak gol dalam 12 pertandingan berturut-turut untuk klub dan timnas. Rekor ini, yang Ronaldo capai selama kariernya di level elite, kini dipegang Haaland di usia 25 tahun—prestasi yang bikin pengamat geleng-geleng kepala. Musim 2025/26 baru berjalan dua bulan, tapi striker Norwegia ini sudah kumpulkan 24 gol di semua kompetisi, termasuk 22 gol dari 12 laga beruntun. Pep Guardiola, pelatih City, sebut Haaland “mesin gol tak terhentikan”, sementara fans langsung ramai di media sosial. Ini bukan sekadar angka; ini bukti dominasi Haaland yang bisa ubah narasi musim ini, terutama dengan City yang kini puncak Grup E dan unggul di Premier League. INFO CASINO

Detail Gol Pembuka dan Rekor yang Disamai: Erling Haaland Samakan Rekor Ronaldo Dalam Mencetak Gol

Gol Haaland lawan Villarreal sederhana tapi mematikan: umpan silang Kevin De Bruyne disambut sundulan presisi yang tak bisa dihalau kiper lawan. Itu gol ke-24 musim ini, tapi lebih dari itu, laga ini tutup streak 12 pertandingan tanpa absen cetak gol—rekord Ronaldo yang dicapai antara 2010-2011 saat bersinar di Real Madrid. Ronaldo butuh campuran laga liga, Eropa, dan internasional untuk capai angka itu, dengan total 18 gol di periode serupa. Haaland, sebaliknya, efisien: 22 gol dan tiga assist dalam 12 laga, rata-rata hampir dua gol per pertandingan. Streak ini mulai sejak akhir musim lalu, lewat hat-trick lawan West Ham di FA Cup, lalu lanjut ke Euro kualifikasi Norwegia, dan kini Liga Champions. Villarreal, yang pertahanannya solid musim ini, tak punya jawaban; mereka cuma tembakkan lima usaha, nol on target. City dominan dengan 65 persen penguasaan bola, dan gol kedua Phil Foden di babak kedua amankan clean sheet. Haaland keluar di menit ke-70, tapi senyumnya lebar—ia tahu rekor ini bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang lebih besar. Pengamat bilang, efisiensi Haaland unggul: konversi peluangnya 45 persen, bandingkan Ronaldo 38 persen di periode rekornya.

Perbandingan Karier: Haaland vs Ronaldo di Usia Muda: Erling Haaland Samakan Rekor Ronaldo Dalam Mencetak Gol

Menyamai Ronaldo bukan hal remeh, apalagi di era sepak bola modern yang lebih kompetitif. Ronaldo capai streak 12 laga itu di usia 26, saat Real Madrid bangun dinasti Eropa—ia cetak 40 gol musim 2010/11 saja. Haaland, lahir 2000, lakukan ini lebih cepat: dari debut di Salzburg 2019, ia sudah 250 gol karier klub, termasuk 100 di City dalam dua musim. Bedanya? Ronaldo lebih variatif—gol dari tendangan bebas, penalti, dan sundulan—sementara Haaland andalkan kecepatan dan finishing insting. Tapi kesamaan ada: keduanya predator kotak penalti, dengan Haaland menang duel udara 70 persen musim ini, mirip Ronaldo prime. Ronaldo butuh enam tahun di Madrid untuk rekor serupa; Haaland capai dalam empat tahun karier senior. Norwegia, pelatih timnasnya, bilang Haaland “sudah lewati level Ronaldo di usia sama”. Ini juga angkat debat: siapa finisher terbaik abad ini? Haaland tolak bandingkan, bilang pasca-laga, “Ronaldo legenda, saya cuma fokus besok.” Tapi angka tak bohong—Haaland punya 15 gol Liga Champions di usia 25, Ronaldo butuh hingga 28 tahun untuk samai.

Dampak Rekor Ini bagi Manchester City dan Musim Depan

Rekor Haaland langsung suntik semangat City, yang sempat goyah dengan dua hasil imbang pekan lalu. Kini, dengan 25 poin di Premier League, mereka unggul lima poin dari Arsenal—Haaland kontribusi 12 gol liga saja. Guardiola rotasi skuad pintar, istirahatkan Haaland di Carabao Cup untuk jaga streak ini. Tapi tantangan datang: laga berikutnya lawan Tottenham di liga, di mana pertahanan lawan paling ketat musim ini. Rekor ini juga naikkan nilai Haaland; rumor transfer dari klub Saudi sudah beredar, meski City yakin ia bertahan hingga 2027. Bagi timnas Norwegia, ini berarti amunisi lebih kuat di playoff Euro 2026—Haaland sudah 35 gol internasional. City juga manfaatkan momentum: selisih gol mereka +30, terbanyak liga, berkat Haaland yang cetak 60 persen gol tim. Pelatih lawan Villarreal akui, “Ia seperti tank—sulit dihentikan.” Ke depan, target Haaland? Pecah rekor Ronaldo dengan streak 13 laga, mungkin di laga internasional November. Ini bukan cuma soal individu; rekor ini bantu City incar treble lagi, seperti musim 2022/23.

Kesimpulan

Erling Haaland menyamai rekor 12 laga berturut-turut cetak gol ala Cristiano Ronaldo adalah momen ikonik yang tunjukkan ia bukan sekadar talenta, tapi ancaman abadi. Dari sundulan lawan Villarreal hingga streak 22 gol, Haaland bangun legacy sendiri di usia muda. Bagi Manchester City, ini bensin untuk pacu musim 2025/26 jadi legendaris, sementara Ronaldo—yang kini komentator—pasti senyum bangga. Sepak bola terus beri kejutan, dan Haaland siap tulis babak baru. Fans City sudah hitung mundur laga berikutnya—siapa tahu, rekor berikutnya pecah minggu depan. Pantau terus, karena monster Norwegia ini baru pemanasan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Jadwal Lengkap Siaran Champions League Musim 2025/26

Jadwal Lengkap Siaran Champions League Musim 2025/26. Musim 2025/26 Liga Champions Eropa memasuki Matchday 3 yang seru pada 21-22 Oktober, dengan 17 pertandingan yang siap memanaskan layar kaca dan hati penggemar sepak bola. Format baru kompetisi ini, yang gabungkan 36 tim dalam satu liga besar, bikin setiap laga punya taruhan tinggi—poin untuk lolos langsung ke babak 16 besar atau jatuh ke playoff. Jadwal lengkap siaran dimulai Selasa malam pukul 18:45 CET untuk slot pembuka, diikuti delapan duel pukul 21:00 CET, lalu lanjut Rabu dengan pola serupa. Sorotan jatuh pada bentrokan raksasa seperti Real Madrid kontra Juventus dan Arsenal lawan Atletico Madrid, di mana taktik pelatih dan kilasan bintang bisa ubah klasemen dramatis. Di tengah jadwal domestik yang padat, penggemar bisa atur malam panjang untuk saksikan aksi dari Camp Nou hingga Bernabeu. Pekan ini bukan hanya soal gol, tapi momen yang bentuk narasi musim—siapa naik, siapa terpeleset? INFO CASINO

Jadwal Lengkap Selasa 21 Oktober: Pembuka Penuh Drama: Jadwal Lengkap Siaran Champions League Musim 2025/26

Selasa malam dibuka dengan dua pertandingan pukul 18:45 CET yang langsung tarik perhatian. Barcelona menyambut Olympiacos di Camp Nou, di mana Hansi Flick harap skuad Catalan bangkit setelah start agak tersendat. Olympiacos, tim Yunani yang tangguh, siap manfaatkan serangan balik mereka untuk repotkan pertahanan tuan rumah. Tak jauh berbeda, Kairat Almaty dari Kazakhstan hadapi Pafos asal Siprus di kandang—duel langka yang bisa jadi ajang kejutan bagi kedua wakil underdog yang masih nol poin.

Pukul 21:00 CET, delapan laga simultan jadi pesta utama. Arsenal vs Atletico Madrid di Emirates Stadium janji duel taktis antara Mikel Arteta dan Diego Simeone, dengan The Gunners haus kemenangan pertama. Bayer Leverkusen, juara Jerman, berhadapan Paris Saint-Germain yang andalkan kecepatan lini depan. Copenhagen kontra Borussia Dortmund bakal intens, sementara Newcastle United sambut Benfica dengan ambisi bukti kualitas Premier League. PSV Eindhoven lawan Napoli soroti rivalitas Italia-Belanda, Union Saint-Gilloise tantang Inter Milan di Belgia, dan Villarreal vs Manchester City uji skuad Pep Guardiola di Spanyol. Jadwal ini dirancang adil, pastikan tim besar dan kecil punya panggung sama untuk rebut poin krusial.

Duel Rabu 22 Oktober: Klimaks Pekan Eropa: Jadwal Lengkap Siaran Champions League Musim 2025/26

Rabu lanjutkan euforia dengan slot awal pukul 18:45 CET. Athletic Club Bilbao jamu Qarabag dari Azerbaijan di San Mames, di mana atmosfer Basque bisa jadi faktor penentu bagi tuan rumah. Galatasaray, raja Istanbul, hadapi Bodo/Glimt dari Norwegia—kontras gaya flamboyan Turki dengan disiplin Skandinavia yang berpotensi hasilkan gol berlimpah.

Pukul 21:00 CET, sembilan pertandingan jadi puncak. Monaco vs Tottenham Hotspur bawa nuansa Ligue 1-Premier League, dengan kedua tim cari konsistensi. Atalanta sambut Slavia Praha, di mana skuad Italia unggul pengalaman Eropa. Chelsea hadapi Ajax di Stamford Bridge, revival klasik yang ingatkan era keemasan. Eintracht Frankfurt lawan Liverpool janji sengit Jerman-Inggris, Bayern Munchen jamu Club Brugge dengan target clean sheet. Puncaknya Real Madrid vs Juventus di Santiago Bernabeu—benturan dinasti di mana Carlo Ancelotti tantang Massimiliano Allegri. Sporting CP tutup hari dengan hadapi Marseille dari Portugal. Jadwal Rabu ini bangun narasi besar, dengan banyak laga yang bisa guncang klasemen secara instan.

Sorotan Bintang dan Faktor Penentu Pekan Ini

Di balik jadwal padat, pemain kunci dan elemen taktis jadi bumbu utama. Manchester City lawan Villarreal soroti Erling Haaland, yang haus jaga rekor golnya tetap tajam. PSG di Leverkusen andalkan Kylian Mbappe, kecepatannya sering hancurkan pertahanan rapat. Bayern vs Club Brugge tunjukkan Harry Kane, striker Inggris yang lapar trofi Eropa sejak pindah ke Jerman.

Arsenal-Atletico jadi panggung duel pelatih: Arteta dengan posesifnya lawan Simeone yang pragmatis, di mana William Saliba harus waspadai Antoine Griezmann. Real Madrid-Juventus kasih ruang Vinicius Junior dan Federico Chiesa, dua winger eksplosif. Newcastle-Benfica tarik Alexander Isak, performanya krusial bagi ambisi Tyneside. Underdog seperti Bodo/Glimt di Galatasaray bisa andalkan disiplin untuk repotkan tuan rumah. Cedera dan rotasi juga berpengaruh—tim seperti Inter dan Napoli harus kelola kelelahan pasca-liga domestik. Pekan ini tekankan inklusivitas UCL: talenta dari liga kecil bersaing dengan raksasa, bikin siaran lebih berwarna.

Kesimpulan

Jadwal lengkap siaran Matchday 3 Liga Champions 2025/26 pada 21-22 Oktober tawarkan 17 pertandingan yang campur rivalitas klasik dan potensi kejutan, dari Barcelona-Olympiacos hingga Real Madrid-Juventus. Selasa buka pintu drama, Rabu klimaks dengan sembilan laga krusial, sementara bintang seperti Haaland dan Mbappe siap curi perhatian. Di format baru ini, setiap poin bentuk jalan ke knockout—tim unggulan seperti City dan Bayern difavoritkan, tapi underdog punya peluang. Bagi penggemar, ini pekan untuk saksikan sepak bola murni: gol indah, penalti tegang, dan momen ikonik. Saat peluit akhir Rabu malam, peta kompetisi mulai jelas, menuju fase lebih sengit. Satu hal pasti: musim ini semakin panas, dan jadwal seperti ini bikin Liga Champions tetap raja Eropa.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Hasil Pertandingan Getafe vs Real Madrid

Hasil Pertandingan Getafe vs Real Madrid. Malam Minggu di Estadio Coliseum Alfonso Pérez berakhir dengan kemenangan melelahkan tapi berharga bagi Real Madrid, yang mengalahkan Getafe 1-0 pada 19 Oktober 2025. Penalti Kylian Mbappé di menit ke-88 jadi penentu skor, setelah tuan rumah kehilangan dua pemain karena kartu merah berturut-turut—Omar Alderete di menit 65 dan Mauro Arambarri di menit 75. Ini laga ke-10 La Liga musim 2025/26 bagi kedua tim, di mana Madrid kembali ke puncak klasemen dengan 22 poin dari delapan kemenangan, unggul satu poin dari Barcelona. Mbappé, yang sempat absen karena cedera ringan, langsung tunjukkan kelasnya dengan gol krusial itu. Getafe, di sisi lain, tetap mandek di peringkat 14 dengan delapan poin—kekalahan ini jadi yang ketiga beruntun mereka. Di bawah Carlo Ancelotti, Madrid bukti ketangguhan meski penguasaan bola 62 persen tak langsung hasilkan gol lebih awal. Pertandingan penuh gesekan ini, dengan 18 ribu penonton, jadi pengingat bahwa La Liga tak pernah mudah, bahkan lawan tim papan tengah seperti Getafe. REVIEW FILM

Jalannya Pertandingan yang Penuh Gesekan dan Drama: Hasil Pertandingan Getafe vs Real Madrid

Laga dimulai dengan intensitas tinggi dari Getafe, yang coba tekan Madrid sejak menit awal. Di babak pertama, tuan rumah punya peluang emas: sundulan Jesús Fernández di menit 18 nyaris masuk, tapi Andriy Lunin selamatkan dengan refleks cepat. Madrid balas dengan serangan balik cepat; Mbappé hampir cetak gol di menit 22 lewat solo run dari tengah lapangan, tapi kiper David Soria blok dengan kaki. Penguasaan bola Madrid 58 persen, tapi tembakan on-target hanya tiga dari delapan upaya—efisiensi rendah yang bikin Ancelotti gelisah di pinggir lapangan. Getafe lebih efektif di duel fisik, menang 55 persen, tapi lini belakang mereka mulai goyah saat Mbappé mulai panas. Babak kedua meledak di menit 65: Mbappé bait pelanggaran kasar dari Alderete di kotak penalti, VAR konfirmasi kartu merah langsung—Getafe turun jadi 10 pemain. Sepuluh menit kemudian, Mbappé lagi-lagi sprint di sayap kiri, picu Arambarri yang dapat merah kedua karena tackle terlambat. Dengan sembilan pemain, Getafe mundur ke pertahanan rapat, tapi Madrid tekan tanpa henti: 14 tembakan babak kedua, xG 1.6 lawan 0.4. Klimaks datang di menit 88: pelanggaran lagi atas Mbappé hasilkan penalti, dan ia tendang dingin ke sudut kiri—gol keenamnya musim ini. Injury time, Getafe coba counter, tapi Éder Militão blok dua ancaman. Statistik akhir: Madrid cover 110 kilometer, Getafe 102, tapi efisiensi penalti yang selamatkan Los Blancos.

Kontribusi Pemain Kunci dan Taktik Ancelotti yang Adaptif: Hasil Pertandingan Getafe vs Real Madrid

Mbappé tak sendirian jadi pahlawan; rekan-rekannya dukung penuh. Jude Bellingham, masuk pengganti di menit 70, catat dua intersepsi krusial dan key pass untuk penalti, menang 70 persen duel fisik meski baru pulih cedera. Militão di belakang solid: blok empat tembakan dan duel udara menang 85 persen, tutup celah yang sering dieksploitasi Getafe musim lalu. Rodrygo ciptakan dua peluang dengan dribel sukses 75 persen, sementara Toni Kroos jangkar tengah dengan 94 persen akurasi umpan—ia distribusi bola yang bikin transisi Madrid lancar. Ancelotti terapkan 4-3-3 awal yang berganti ke 4-4-2 pasca-kartu merah, tambah lebar di sayap untuk eksploitasi kelemahan Getafe. Ini efektif: 60 persen serangan dari flank kiri, di mana Mbappé dominasi dengan 12 sprint di atas 25 km/jam. Di kubu Getafe, Fernández layak puji dengan lima duel menang dan ancaman sundulan, tapi lini tengah pincang tanpa Arambarri—passing accuracy turun ke 75 persen babak kedua. Pelatih José Bordalás akui pasca-laga bahwa “kami bertarung dengan hati, tapi dua merah ubah segalanya.” Taktik Madrid manfaatkan frustrasi lawan: pressing tinggi hasilkan 15 intersepsi, kontras Getafe yang kehilangan bola 22 kali di sepertiga pertahanan sendiri.

Dampak di Klasemen dan Reaksi dari Kedua Kesebelasan

Kemenangan ini punya efek riak besar di La Liga. Madrid naik ke puncak dengan selisih gol +14, unggul dari Barcelona yang imbang lawan Atletico kemarin—ini yang kedelapan kemenangan beruntun atas Getafe, rekor head-to-head terpanjang mereka. Getafe mandek di delapan poin, selisih gol minus lima, dan tekanan naik pada Bordalás setelah tiga kekalahan berturut. Di ruang ganti Madrid, euforia terkendali: Mbappé dedikasikan gol untuk tim, peluk Ancelotti yang puji “ia kembali jadi monster.” Bellingham bilang “kami belajar dari tekanan, ini baru awal.” Penggemar Madrid rayakan di media sosial, jual jersey Mbappé naik 25 persen. Bagi Getafe, kekecewaan terasa: Alderete dapat sorotan negatif, tapi Fernández motivasi rekan untuk bangkit. Kekalahan ini tambah luka di jadwal padat mereka, dengan kunjungan ke Sevilla minggu depan. Secara liga, hasil ini buka jarak perebutan gelar: Madrid tatap El Clasico dengan percaya diri, sementara Getafe butuh poin rumah untuk hindari zona bawah. Ini juga ingatkan bahwa La Liga kompetitif, di mana tim kecil seperti Getafe bisa ancam raksasa jika tak hati-hati.

Kesimpulan

Hasil 1-0 Real Madrid atas Getafe adalah cerita ketangguhan di tengah drama kartu merah dan tekanan akhir. Dari peluang awal tuan rumah hingga penalti Mbappé yang selamatkan tiga poin, laga ini tunjukkan kelas Los Blancos di bawah Ancelotti, dengan kontribusi Bellingham dan Militão yang tak kalah vital. Kemenangan ini rebut puncak klasemen dan suntik semangat jelang derby besar, sementara Getafe pelajari pelajaran soal disiplin. La Liga musim 2025/26 makin sengit, dan malam di Coliseum jadi contoh bagaimana satu momen—seperti penalti itu—bisa tentukan nasib musim. Penggemar boleh bernapas lega, karena Madrid siap lanjutkan dominasi, tapi Getafe tunjukkan gigi meski kalah. Sepak bola Spanyol kembali beri hiburan kelas dunia.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

MOTM Pertandingan Manchester City vs Everton

MOTM Pertandingan Manchester City vs Everton. Pada 18 Oktober 2025, Manchester City meraih kemenangan meyakinkan 2-0 atas Everton di Etihad Stadium, dalam laga pekan ke-8 Premier League yang jadi ajang pesta gol bagi Erling Haaland. Man of the Match (MOTM) jatuh ke tangan Haaland, striker Norwegia yang cetak brace di babak kedua—gol pertama di menit 68 dari tendangan keras di kotak penalti dan kedua di menit 82 dari umpan Leroy Sané—bukan hanya beri poin krusial tapi juga tunjukkan dominasi City dengan clean sheet Manuel Neuer. Kemenangan ini angkat City ke posisi kedua klasemen dengan 19 poin, unggul dua poin dari Arsenal dan tiga dari Liverpool, sementara Everton terjebak di posisi 15 dengan delapan poin, kekalahan kedua berturut-turut. Di bawah Pep Guardiola, City pertahankan laju empat kemenangan beruntun di liga, dengan penguasaan bola 61 persen dan 14 tembakan ke arah gawang yang bikin kiper Jordan Pickford kewalahan. Prestasi MOTM Haaland, yang ketiga musim ini, jadi simbol ketangguhan City: dari pressing tinggi hingga finishing tajam, ia ubah laga dari tekanan awal Everton jadi pesta tuan rumah. Di tengah jadwal padat dengan Liga Champions, pertandingan ini jadi tes awal bagi ambisi gelar City, sementara Everton hadapi krisis identitas di bawah Sean Dyche. REVIEW FILM

Performa Gemilang Haaland: Brace yang Ubah Pertandingan: MOTM Pertandingan Manchester City vs Everton

Erling Haaland layak dapat MOTM karena penampilannya yang komprehensif, gabungkan ketajaman finishing, visi kreatif, dan kerja defensif yang bikin lini belakang Everton kewalahan. Di menit 68, ia manfaatkan recover bola Rodri di tengah untuk tembakan keras dari kotak penalti yang tak bisa dihalau Pickford—gol ke-11 musim ini, rekor tercepat untuk striker City. Statistiknya mencolok: 85 persen akurasi umpan dari 13 yang dilepaskan, dua key passes yang ciptakan peluang emas, dan tujuh kali merebut bola, termasuk pressing tinggi di menit 55 yang paksa Everton kehilangan bola di sepertiga akhir.

Haaland bukan hanya penutup; ia playmaker lengkap, dribel melewati James Tarkowski di menit 75 yang nyaris jadi assist untuk Sané, dan backtrack sembilan kali untuk lindungi Neuer, dengan duel udara menang 78 persen. Ini kontras dengan musim lalu, di mana Haaland sering isolasi; kini, di bawah Guardiola, ia evolusi jadi focal point yang bantu build-up, catatkan xG 1.5 dari peluang pribadi. Everton, dengan Tarkowski yang dominasi duel fisik tapi lemah kecepatan, tak bisa atasi ritme Haaland—ia menang 82 persen duel satu lawan satu, rekor tertinggi di laga itu. Penghargaan MOTM dari broadcaster resmi jadi pengakuan atas peranannya sebagai jantung City: tanpa ia, transisi cepat tim mungkin tak seefisien itu. Haaland sendiri bilang pasca-laga: “Tim ini punya chemistry gila—saya cuma bagian dari roda gigi yang sudah jalan.” Performa seperti ini buatnya kandidat utama Ballon d’Or musim ini, tunjukkan mengapa City investasi besar padanya.

Strategi Guardiola: Efisiensi yang Mengalahkan Tekanan Everton: MOTM Pertandingan Manchester City vs Everton

Kemenangan City tak lepas dari strategi Pep Guardiola yang brilian, fokus pada efisiensi daripada penguasaan bola mentah. Everton, di bawah Dyche, coba kendalikan tempo dengan passing pendek dan crossing lebar, tapi City balas dengan counter cepat yang eksploitasi kelemahan bek sayap lawan. Formasi 4-3-3 Guardiola beri keseimbangan: Rodri di pivot lindungi pertahanan, sementara Haaland dan Sané beri kreativitas di depan. Hasilnya, City ciptakan 14 tembakan dengan xG 1.8, dibanding Everton yang 10 tembakan tapi xG hanya 0.7—bukti Die Roten lebih klinis.

Rahasia efisiensi ini ada di pressing terstruktur: City paksa Everton kehilangan bola 22 kali di area berbahaya, dengan Haaland dan Foden sebagai ujung tombak. Saat Everton tekan, City mundur rapi, lalu transisi kilat—contohnya, recover bola di menit 76 oleh Rodri yang langsung jadi build-up untuk gol kedua Haaland. Everton kesulitan karena lini tengah mereka, dipimpin Amadou Onana, tak bisa atasi tempo City yang variatif. Guardiola juga pintar rotasi: absennya Kevin De Bruyne karena cedera tak bikin panik, karena Foden isi peran dengan sempurna. Strategi ini bukan baru, tapi disempurnakan musim ini; City kini punya rekor tak terkalahkan di lima laga kandang, unggul dua poin dari Arsenal di klasemen. Di laga seperti ini, efisiensi Guardiola jadi senjata utama, buat MOTM Haaland terlihat seperti bagian dari rencana besar yang tak tergoyahkan.

Dampak untuk Kedua Tim: City Semakin Solid, Everton Terpukul di Papan Bawah

Kemenangan ini punya implikasi besar bagi kedua tim, dengan City perkuat klaim gelar sementara Everton hadapi krisis identitas. Bagi Citizens, tiga poin ini angkat selisih gol mereka jadi +15, unggul dua poin dari Arsenal dan tiga dari Liverpool—posisi ideal sebelum jeda internasional. MOTM Haaland jadi pesan bagi skuad: kedalaman adalah kunci, terutama dengan jadwal padat termasuk Liga Champions lawan Inter Milan pekan depan. Guardiola puas dengan clean sheet Neuer, yang catatkan save krusial di menit 45 dari sundulan McNeil, tunjukkan pertahanan City yang solid dengan hanya kebobolan lima gol musim ini. Dampaknya ke mental tim: laju empat laga bikin skuad lebih percaya diri, siap hadapi tekanan akhir musim.

Sementara itu, Everton terpuruk di posisi 15 dengan delapan poin, kekalahan ini jadi yang kedua berturut-turut di tandang, hantam momentum Dyche. Dyche kritik lini depan yang mandul—mereka ciptakan 10 peluang tapi nol gol—dan tuntut rekrutmen musim dingin untuk tambah ketajaman. Pertahanan Everton, yang kebobolan dari counter kedua musim ini, jadi sorotan; Pickford catatkan lima save tapi tak cukup selamatkan tim. Kekalahan ini buat Everton butuh reformasi cepat, mungkin dengan pinjam winger, untuk hindari krisis papan bawah. Secara keseluruhan, pertandingan ini kontras: City naik level, Everton harus introspeksi, dengan MOTM Haaland jadi simbol perbedaan antara tim yang siap juara dan yang masih mencari arah.

Kesimpulan

Pertandingan Manchester City vs Everton pada 18 Oktober 2025, dengan Erling Haaland sebagai MOTM yang brilian, jadi laga yang tunjukkan esensi Premier League: efisiensi kalahkan tekanan, dan satu brace bisa ubah segalanya. Dari performa heroik Haaland dan Rodri, strategi efisien Guardiola, hingga dampak klasemen yang signifikan, kemenangan 2-0 ini bukan akhir bagi Everton, tapi panggilan bangun. City, dengan laju tak tergoyahkan, tampak siap juara, tapi liga ini penuh kejutan—Everton punya waktu untuk balas di laga berikutnya. Bagi fans, ini hiburan murni: tensi, talenta, dan perjuangan yang bikin Premier League tetap jadi liga paling dramatis. Ke depan, dengan jeda internasional yang singkat, City punya momentum emas—tapi tantangan seperti lawan Liverpool akan uji ketahanan mereka.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso

Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso. Pada 18 Oktober 2025, Mikel Arteta, pelatih Arsenal yang sedang memimpin timnya di puncak klasemen Premier League dengan 21 poin dari delapan laga, membuat pengakuan menarik dalam wawancara eksklusif pasca-kemenangan 2-0 atas Southampton. Ia akui pernah berkonsultasi dengan Xabi Alonso, pelatih Bayer Leverkusen yang sukses bawa timnya juara Bundesliga musim lalu tanpa kekalahan. Pengakuan ini muncul di tengah spekulasi masa depan Arteta, yang kontraknya habis Juni 2026, dan rumor Alonso sebagai kandidat pengganti. Arteta sebut konsultasi itu terjadi awal 2024, saat ia cari inspirasi taktis untuk bangun skuad muda Arsenal. Dengan keduanya mantan rekan di klub Spanyol, hubungan ini jadi sorotan, terutama karena Leverkusen kini jadi penantang serius di Liga Champions. Artikel ini kupas latar belakang konsultasi, dampaknya bagi Arteta, dan implikasinya bagi Arsenal yang incar gelar pertama sejak 2004. REVIEW FILM

Latar Belakang Konsultasi yang Terjadi di Tengah Tekanan: Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso

Konsultasi Arteta dengan Alonso bermula dari persahabatan lama mereka, yang terjalin sejak era bersama di klub Spanyol sekitar 2005. Saat itu, Arteta sebagai gelandang muda sering minta saran taktik dari Alonso, kapten tim yang visioner. Cepat maju ke 2024, Arteta—yang baru saja perpanjang kontrak tapi hadapi tekanan setelah finis runner-up musim sebelumnya—hubungi Alonso via telepon untuk diskusi privat. Alonso, yang baru angkat Leverkusen dari zona degradasi jadi juara, bagi pengalaman soal manajemen skuad muda dan pressing tinggi. Arteta sebut: “Xabi selalu punya pandangan segar, seperti saat ia ubah Leverkusen dari tim biasa jadi mesin tak terkalahkan.”

Diskusi itu berlangsung dua jam, fokus pada adaptasi formasi 4-3-3 yang fleksibel—gaya yang kini jadi ciri khas Arsenal. Alonso sarankan Arteta perkuat mental pemain seperti Bukayo Saka, yang mirip pengalamannya dengan Florian Wirtz di Leverkusen. Ini bukan rahasia; Arteta pernah hint di konferensi pers Maret 2024, tapi baru diakui lengkap hari ini. Tekanan saat itu besar: Arsenal kalah di final Liga Champions dari Real Madrid, dan Arteta butuh dorongan eksternal. Konsultasi ini jadi contoh bagaimana pelatih top saling bantu, meski rivalitas klub mulai tumbuh dengan Leverkusen incar slot Eropa.

Dampak Konsultasi pada Gaya Taktik Arteta: Mikel Arteta Akui Pernah Konsultasi dengan Xabi Alonso

Pengakuan Arteta soroti bagaimana saran Alonso ubah pendekatan taktikal Arsenal musim ini. Salah satu poin kunci dari diskusi: integrasi pressing kolektif di lini tengah, yang Alonso terapkan sukses di Leverkusen dengan rata-rata 15 turnover per laga. Arteta adopsi ini, hasilnya Arsenal kuasai 58% bola musim ini dan kebobolan cuma lima gol—terbaik di liga. Contoh nyata: kemenangan atas City September lalu, di mana Declan Rice dan Martin Odegaard tekan tinggi seperti blueprint Alonso, ciptakan gol cepat dari Saka.

Selain taktik, konsultasi bantu Arteta bangun kultur skuad. Alonso cerita soal rotasi pemain muda tanpa tekanan, yang Arteta terapkan pada Emile Smith Rowe—kini starter reguler dengan tiga assist. Arteta bilang: “Xabi ingatkan saya, kesabaran kunci di sepak bola modern.” Dampaknya terlihat: Arsenal tak kalah di kandang sejak Agustus, dengan rata-rata dua gol per laga. Ini kontras dengan musim lalu, di mana Arsenal mandek di fase gugur Eropa. Konsultasi itu juga perkuat mental Arteta; ia tolak tawaran dari klub besar lain, fokus Arsenal meski spekulasi Alonso sebagai penerus beredar. Hubungan ini jadi inspirasi, tunjukkan pelatih tak bekerja sendirian.

Implikasi bagi Masa Depan Arsenal dan Rivalitas dengan Leverkusen

Pengakuan ini tambah lapisan menarik bagi masa depan Arsenal, terutama dengan kontrak Arteta yang tersisa delapan bulan. Pemilik klub, yang puas dengan start kuat, beri sinyal perpanjangan, tapi konsultasi dengan Alonso picu spekulasi: apakah Arteta siapkan penerus, atau Alonso incar Arsenal jika gagal di Leverkusen? Alonso sendiri tolak isu itu di wawancara Jerman minggu lalu: “Saya bahagia di sini, tapi apresiasi untuk Mikel.” Bagi Arsenal, ini beri keuntungan taktis—mereka pelajari gaya Leverkusen jelang potensi duel Liga Champions musim depan.

Rivalitas klub juga panas: Leverkusen duduk kedua Bundesliga dengan 18 poin, dan Alonso incar treble. Konsultasi Arteta bisa jadi senjata rahasia; ia terapkan variasi set-piece dari saran Alonso, yang bantu Arsenal cetak 25% gol dari situasi mati. Tapi ada risiko: jika Alonso sukses terus, ia jadi kandidat top untuk posisi besar, termasuk Arsenal jika Arteta pergi. Penggemar Emirates, yang rata-rata isi 60.000 kursi, lihat ini positif—Arteta tunjukkan kerendahan hati. Implikasinya luas: Arsenal bisa jadi tim hybrid, gabung gaya Arteta dengan elemen Alonso, bantu incar double liga dan piala.

Kesimpulan

Pengakuan Mikel Arteta soal konsultasi dengan Xabi Alonso pada 18 Oktober 2025 jadi momen langka di dunia pelatih, soroti persahabatan di balik rivalitas. Dari latar belakang diskusi hingga dampak taktikal yang terlihat di lapangan, ini bukti bagaimana saran sederhana bisa ubah skuad. Bagi Arsenal, ini perkuat posisi Arteta sebagai pemimpin visioner, sambil tambah spekulasi masa depan. Leverkusen dan Alonso tetap saingan, tapi hubungan ini tunjukkan sepak bola lebih dari kompetisi—ia soal saling dukung. Dengan Arsenal di puncak, konsultasi itu jadi fondasi gelar. Musim ini penuh janji; Arteta dan Alonso, dua mantan rekan, mungkin bentuk babak baru sejarah liga.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Banyak Pemain Arsenal Saat Ini Mengalami Cedera

Banyak Pemain Arsenal Saat Ini Mengalami Cedera. Arsenal menghadapi mimpi buruk cedera di awal musim 2025/2026, dengan skuad yang pincang parah memasuki Oktober. Kapten Martin Odegaard absen hingga enam minggu gara-gara cedera lutut yang ia alami saat jeda internasional, sementara Bukayo Saka dan William Saliba ikut terkapar karena masalah hamstring dan pergelangan kaki. Tambahan Kai Havertz, Gabriel Jesus, dan Ben White yang diragukan fit menjelang laga lawan Fulham akhir pekan ini bikin Mikel Arteta pusing tiga kali lipat. Tim yang sempat on fire dengan start sempurna kini terancam kehilangan momentum, apalagi dengan jadwal padat Liga Champions dan Premier League di depan mata. Ini bukan musim pertama; tahun lalu Arsenal kalah gelar gara-gara cedera serupa. Apa akar masalahnya, dan siapa saja korban utama? Mari kita bedah tiga aspek krusial: cedera lini tengah yang lumpuhkan kreativitas, krisis pertahanan yang buka celah, dan serangan mandul karena absen striker kunci. REVIEW FILM

Cedera Lini Tengah yang Lumpuhkan Kreativitas Tim: Banyak Pemain Arsenal Saat Ini Mengalami Cedera

Martin Odegaard jadi pukulan telak pertama, dengan cedera lutut yang didapat pasca-laga Norwegia di jeda internasional membuatnya absen hingga akhir November. Gelandang 26 tahun ini, yang sudah sumbang tiga gol dan lima assist musim ini, adalah otak serangan Arsenal—tanpanya, tim kehilangan 40 persen umpan kunci di area penalti lawan. Arteta terpaksa rotasi Declan Rice ke posisi lebih maju, tapi itu berisiko karena Rice lebih kuat sebagai anchor. Tambahan Martin Zubimendi, yang baru gabung musim panas, juga diragukan fit setelah interaksi latihan aneh yang terekam kamera klub.

Ini bukan kasus tunggal; Leandro Trossard juga alami masalah ringan yang bikin ia skip sesi latihan Kamis, meski kemungkinan pulih tepat waktu. Lini tengah Arsenal, yang dulu jadi kekuatan utama dengan passing akurat 88 persen, kini terlihat rapuh—terbukti saat kekalahan 1-0 dari Brighton pekan lalu, di mana mereka gagal ciptakan peluang lebih dari lima. Arteta sudah sebut ini “tantangan terbesar musim ini”, dan tanpa Odegaard, tim bergantung pada Ethan Nwaneri atau Eberechi Eze sebagai pengganti sementara. Jika tak atasi cepat, kreativitas Arsenal bisa mandek total, apalagi dengan jadwal internasional yang kembali ganggu ritme akhir bulan.

Krisis Pertahanan yang Buka Celah Rentan: Banyak Pemain Arsenal Saat Ini Mengalami Cedera

Pertahanan Arsenal, yang sempat jadi tembok besi dengan cuma dua gol kebobolan di enam laga awal, kini retak parah. William Saliba absen karena cedera pergelangan kaki yang ia dapat saat latihan pra-internasional, diprediksi out hingga akhir Oktober. Bek Prancis ini krusial untuk duet dengan Gabriel Magalhaes, dan tanpa ia, Arsenal sudah kebobolan tiga gol dalam dua laga terakhir. Piero Hincapie, yang baru pulih dari cedera selangkangan, kembali latihan tapi diragukan starter lawan Fulham—ia cuma main 45 menit sejak September.

Lebih buruk lagi, Ben White hilang dari sesi latihan terbuka Kamis, dengan dugaan cedera otot yang bikin ia skip pemanasan. Bek kanan Inggris ini, yang sering main out of position sebagai bek tengah, sudah main 500 menit musim ini—beban berat yang bikin tubuhnya protes. Arteta terpaksa andalkan Takehiro Tomiyasu atau Jakub Kiwior, tapi keduanya kurang solid di duel udara, di mana Arsenal kalah 55 persen musim ini tanpa Saliba. Krisis ini terasa saat laga Liga Champions lawan Shakhtar, di mana skuad darurat kebobolan dua gol konyol. Jika tak rotasi pintar, pertahanan ini bisa jadi pintu masuk bagi serangan balik tim seperti Manchester City nanti.

Serangan Mandul Karena Absen Pemain Kunci

Lini depan Arsenal yang dulu ganas kini terkapar, dengan Kai Havertz, Gabriel Jesus, dan Bukayo Saka jadi korban utama. Havertz alami cedera hamstring ringan pasca-laga Jerman, absen dua minggu dan hilangkan kontribusi empat golnya musim ini. Jesus, yang baru pulih dari masalah lutut September, kini alami setback serupa dan diragukan hingga November. Sementara Saka, bintang sayap kanan, cedera hamstring awal Oktober yang bikin ia skip tiga laga—ia yang sumbang enam gol musim ini jadi lubang besar di transisi.

Noni Madueke, winger muda yang dipinjam dari Chelsea, juga out karena lutut sejak akhir September, tambah beban rotasi. Tanpa trio ini, Arsenal cuma cetak dua gol dalam tiga laga terakhir, bergantung pada Leandro Trossard atau Reiss Nelson yang kurang tajam. Arteta sebut ini “ujian karakter”, tapi data tunjukkan konversi peluang tim turun 30 persen tanpa Saka. Serangan mandul ini krusial karena lawan Fulham, di mana Craven Cottage sering jadi jebakan—Fulham cetak gol cepat di enam dari tujuh laga kandang. Jika Jesus tak pulih cepat, Arsenal harus pinjam striker sementara atau andalkan youth seperti Ethan Nwaneri, yang masih mentah untuk tekanan besar.

Kesimpulan

Krisis cedera Arsenal di Oktober 2025 adalah badai sempurna yang ancam fondasi skuad Mikel Arteta: lini tengah lumpuh tanpa Odegaard, pertahanan retak karena Saliba dan White, serta serangan mandul akibat absen Saka, Jesus, dan Havertz. Dengan delapan pemain kunci out atau diragukan, tim yang sempat pemimpin klasemen kini terpeleset, kehilangan poin krusial di liga dan Eropa. Arteta pintar rotasi dengan Tomiyasu dan Kiwior, tapi tanpa perbaikan medis mendesak—seperti rekrut spesialis pemulihan—musim ini bisa berakhir pahit seperti 2024. Kabar baik: Hincapie pulih dan Odegaard target kembali November. Arsenal punya kedalaman, tapi ujian ini tentukan apakah mereka kontender sejati atau korban jadwal gila. Fans tunggu laga Fulham: bukti ketangguhan, atau awal longsor? Saatnya bangkit, bukan meratap.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Banyak Rekor yang Dihancurkan Oleh Kapten Timnas Inggris

Banyak Rekor yang Dihancurkan Oleh Kapten Timnas Inggris. Pagi ini, 16 Oktober 2025, Harry Kane sekali lagi jadi sorotan utama sepak bola Inggris setelah dua golnya lawan Latvia semalam amankan tiket Piala Dunia 2026. Sebagai kapten Three Lions, Kane tak hanya bawa tim lolos dengan kemenangan 5-0, tapi juga hancurkan rekor gol internasionalnya sendiri menjadi 76 dalam 110 caps. Ini bukan pertama kalinya—sepanjang 2025, Kane sudah pecahkan beberapa milestone, dari rekor caps hingga kontribusi assist. Di usia 32 tahun, ia wakili generasi emas Inggris yang haus trofi, meski tekanan besar ikut jadi tanggung jawabnya. Prestasi ini tak lepas dari konsistensi di Bayern Munich, tapi yang paling membanggakan, Kane ubah narasi kapten Inggris dari underdog jadi ancaman serius di level dunia. REVIEW FILM

Rekor Gol Internasional yang Tak Tertandingi: Banyak Rekor yang Dihancurkan Oleh Kapten Timnas Inggris

Harry Kane sudah lama jadi raja gol Three Lions, dan 2025 jadi puncaknya. Gol keduanya lawan Latvia malam tadi bikin ia capai 76 gol, jauh melebihi Wayne Rooney yang stuck di 53. Ini rekor yang ia mulai kejar sejak 2021, dan kini tak ada yang dekat—pemain kedua seperti Alan Shearer cuma 30 gol. Di kualifikasi Piala Dunia 2026, Kane cetak delapan gol dari 10 laga, termasuk brace krusial yang amankan poin penuh lawan tim-tim Eropa tangguh. Pakar bilang, efisiensinya luar biasa: rata-rata satu gol setiap 1,45 laga, bandingkan dengan Ronaldo yang butuh 1,2.

Rekor ini tak datang tiba-tiba. Sejak jadi kapten 2018, Kane transformasi dari penyerang finisher jadi playmaker lengkap, dengan 22 assist internasional. Di Nations League 2025, ia tambah tiga gol lagi, bantu Inggris top grup. Yang bikin spesial, Kane pecahkan ini di usia matang, bukti umur tak halangi ketajaman. Ia bilang setelah laga, “Ini pencapaian besar, tapi mata saya ke trofi—bukan angka semata.” Rekor gol ini tak hanya statistik, tapi fondasi mental tim yang lihat kapten mereka sebagai mesin gol tak tergantikan.

Prestasi Kepemimpinan dan Rekor Caps: Banyak Rekor yang Dihancurkan Oleh Kapten Timnas Inggris

Sebagai kapten, Kane tak cuma cetak gol—ia pecahkan rekor kepemimpinan di lapangan. Dengan 110 caps, ia kini peringkat kelima sejarah Inggris, melewati Ashley Cole dan mendekati Steven Gerrard di posisi keempat. Sejak ganti Harry Maguire 2023, Kane pimpin 35 laga, menang 25 di antaranya, termasuk final Euro 2024 yang kalah tipis dari Spanyol. Rekor ini impresif karena ia sering main di posisi tak ideal, mundur bantu build-up saat tim butuh kestabilan.

Di 2025 saja, Kane capai 20 caps, rekor tahunan tertinggi untuk kapten Inggris pasca-pandemi. Ia juga rekor assist kapten dengan 12 di kualifikasi, bantu pemain muda seperti Cole Palmer bersinar. Kepemimpinannya terlihat saat laga lawan Latvia: meski hujan deras, Kane tetap atur tempo dan motivasi rekan, hasilkan clean sheet plus lima gol. Ini beda dengan era Beckham atau Gerrard, di mana kapten lebih ikonik tapi kurang kontribusi langsung. Kane gabungkan keduanya—pemimpin yang cetak rekor, bikin Three Lions lebih tangguh di tekanan besar.

Rekor Lain yang Dipecahkan di Level Klub dan Internasional

Tak berhenti di timnas, rekor Kane di Bayern Munich dukung prestasinya nasional. Musim 2025-2026, ia capai 100 gol Bundesliga dalam 80 laga, rekor tercepat untuk pemain asing—melebihi Lewandowski yang butuh 100. Ini bantu ia jaga form tajam untuk Inggris, dengan delapan gol di liga Jerman sebelum jeda internasional. Di level Eropa, Kane rekor hat-trick kapten Inggris di Liga Champions, cetak tiga gol lawan tim Jerman musim lalu.

Lainnya, ia pecahkan rekor gol di turnamen mayor: 12 di Euro 2024, melebihi rekor Alan Shearer. Di Piala Dunia 2022, empat golnya bantu Inggris ke perempat final. Secara keseluruhan, Kane punya 150+ gol klub dan internasional di usia 32, rekor untuk pemain Inggris seumurannya. Yang unik, ia rekor penalti sukses: 80 persen konversi di timnas, termasuk penalti penentu lawan Latvia. Rekor-rekor ini saling dukung—form klub bikin ia dominan di timnas, dan sebaliknya, bikin Bayern untung besar.

Kesimpulan

Harry Kane hancurkan banyak rekor sebagai kapten Inggris, dari 76 gol internasional hingga 110 caps, tunjukkan ia tak sekadar pemain tapi legenda hidup. Prestasi 2025 ini, terutama lolos Piala Dunia 2026, jadi modal emas untuk trofi yang lama ditunggu Three Lions. Meski tekanan besar, Kane tetap rendah hati, fokus ke tim daripada individu. Bagi sepak bola Inggris, ia simbol transisi sukses—dari underachiever ke powerhouse. Yang pasti, rekornya ini inspirasi generasi baru, dan mata dunia kini ke 2026: apakah Kane akhirnya angkat trofi sebagai kapten?

BACA SELENGKAPNYA DI…