Striker Juventus Kesulitan Untuk Membuat Gol, Mengapa?

striker-juventus-kesulitan-untuk-membuat-gol-mengapa

Striker Juventus Kesulitan Untuk Membuat Gol, Mengapa? Di tengah musim Serie A 2025/2026 yang semakin ketat, Juventus menghadapi mimpi buruk di lini depan: Dusan Vlahovic, striker utama mereka, mandul total sejak awal Oktober. Setelah delapan pekan bergulir, penyerang Serbia berusia 25 tahun itu hanya cetak dua gol—keduanya di laga pembuka musim—dan kini terjebak dalam paceklik enam laga berturut-turut, termasuk kekalahan 0-2 dari Lazio pada 26 Oktober. Dengan tim tertahan di posisi kedelapan klasemen dengan 12 poin, absennya gol dari Vlahovic jadi sorotan utama. Pelatih Thiago Motta akui kesulitan ini pasca-laga: “Dia butuh dukungan lebih baik dari tim.” Bagi klub yang haus Scudetto setelah tiga tahun tanpa gelar, masalah ini bukan sekadar statistik; ia ancam fondasi keseluruhan skuad. Mengapa Vlahovic, yang pernah cetak 18 gol musim lalu, tiba-tiba kesulitan? Jawabannya campur aduk antara taktik, fisik, dan dinamika tim—faktor yang bikin fans Turin gelisah menjelang jeda internasional. INFO CASINO

Performa Vlahovic: Dari Ancaman Menjadi Bayang-Bayang: Striker Juventus Kesulitan Untuk Membuat Gol, Mengapa?

Dusan Vlahovic datang ke Juventus pada 2022 dengan label penyelamat, tapi musim ini ia seperti hantu di kotak penalti lawan. Hanya dua gol dari 12 tembakan on target, konversi peluangnya jatuh ke 12 persen—setengah dari rata-rata karirnya. Di laga kontra Lazio, ia dapat tiga peluang emas tapi sia-sia: sundulan melemah, tembakan melebar, dan kontrol bola buruk saat one-on-one dengan kiper. Ini pola berulang: sejak imbang 0-0 melawan AC Milan pada 5 Oktober, Vlahovic kalah 65 persen duel udara—kelemahan fisik yang dulu jadi kekuatannya.

Paceklik ini mulai terasa sejak cedera pergelangan kaki ringan di akhir September, yang absenkan ia dua pekan. Kembali bermain, ia tampak ragu: sentuhan bola lebih lambat, posisi offside naik 40 persen. Vlahovic sendiri bilang di wawancara Italia: “Saya merasa bola tak mau masuk, tapi saya tak menyerah.” Bandingkan dengan musim lalu, di mana ia cetak delapan gol dari set-piece; kini, ia bahkan gagal eksekusi penalti melawan Como. Performa buruk ini tak hanya individu: ia ciptakan hanya satu assist, tunjukkan kurangnya kontribusi kreatif. Bagi striker seharga 80 juta euro, ini tekanan besar—terutama saat rekan seperti Kenan Yildiz, gelandang muda, malah cetak lebih banyak dari peluang terbatas.

Taktik Motta: Formasi yang Batasi Ruang Gerak: Striker Juventus Kesulitan Untuk Membuat Gol, Mengapa?

Thiago Motta, yang bawa visi baru ke Turin, terjebak dalam paradoks: taktiknya revolusioner tapi kurang dukung finisher utama. Formasi 4-2-3-1 andalannya tuntut pressing tinggi dari depan, tapi lini tengah yang rapuh—dengan absennya Manuel Locatelli karena cedera—bikin bola jarang sampai ke Vlahovic bersih. Di enam laga terakhir, Juventus ciptakan rata-rata 10 peluang per laga, tapi hanya tiga on target untuk Vlahovic—sisanya sia-sia karena umpan lambat dari Federico Chiesa atau Adrien Rabiot.

Motta sering geser Vlahovic ke sayap kanan untuk ciptakan ruang, tapi ini malah kurangi perannya sebagai target man. Analisis pasca-laga tunjukkan tim punya penguasaan bola 58 persen rata-rata, tapi transisi ke depan lambat: 22 persen peluang lahir dari counter, di mana Vlahovic kurang kecepatan. Bandingkan dengan era Massimiliano Allegri, di mana Vlahovic bebas di kotak penalti; kini, ia overload bertahan, menang hanya 55 persen tekel. Motta akui: “Kami bangun dari belakang terlalu lambat, dan itu pengaruh Dusan.” Kesalahan taktikal ini terlihat jelas di kekalahan Como 0-2, di mana Vlahovic dapat bola sekali di area penalti—hasilnya, tembakan diblok. Tanpa penyesuaian, taktik ini bisa bikin paceklik berlanjut, terutama saat lawan parkir bus di laga besar.

Faktor Eksternal: Cedera, Jadwal Padat, dan Tekanan Mental

Tak hanya internal, Vlahovic hadapi badai eksternal yang bikin gol makin sulit. Jadwal Juventus brutal: delapan laga dalam 25 hari sejak September, termasuk dua tandang Eropa, tinggalkan tim kelelahan—jarak lari Vlahovic turun 12 persen dari musim lalu. Cedera ringan pergelangan kakinya tak pulih sempurna, tambah keluhan punggung kronis yang ia sembunyikan. Di timnas Serbia, ia absen dua laga kualifikasi karena istirahat, tapi kembali ke klub dengan stamina minim—latih fisik klub catat pemulihan lambat pasca-internasional.

Tekanan mental juga berperan besar. Sebagai wajah Juventus pasca-kenaikan harga tiket 15 persen musim ini, Vlahovic hadapi sorotan fans ultras yang tuntut gol instan. Media Italia sebut ia “pembeli gagal” setelah transfer mahal, picu keraguan diri—terlihat dari gestur frustrasi saat diganti di menit ke-70 melawan Lazio. Bandingkan dengan Moise Kean, striker cadangan yang cetak dua gol dari bangku, tunjukkan kompetisi internal yang tambah beban. Faktor ini mirip kasus Paulo Dybala dulu: paceklik panjang lahir dari tekanan, bukan bakat. Tanpa dukungan psikolog klub yang lebih intens, Vlahovic berisiko jatuh lebih dalam, apalagi dengan laga kontra Inter minggu depan yang bisa jadi pemantik atau pemadam api.

Kesimpulan

Kesulitan Dusan Vlahovic mencetak gol bagi Juventus adalah gabungan sempurna dari performa mandul, taktik Motta yang belum sinkron, dan faktor eksternal seperti cedera serta tekanan. Di musim yang seharusnya jadi pembuktian, paceklik enam laga ini ancam posisi tim di papan tengah, tapi juga peluang bangkit jika ditangani cepat. Motta harus sesuaikan formasi untuk beri Vlahovic ruang lebih, sementara klub prioritaskan rotasi dan dukungan mental. Bagi striker Serbia itu, ini ujian karir—dari bayang-bayang jadi pahlawan lagi. Juventus, sebagai raksasa yang tak boleh lama-lama terpuruk, punya waktu sempit sebelum November: satu gol bisa ubah narasi, tapi tanpa perubahan, mimpi Scudetto semakin jauh. Fans tetap percaya, karena di Turin, kesulitan seperti ini sering lahirkan legenda baru.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *